Yang diperlukan itu sebenarnya revolusi pola pikir kita kita melihat suatu Momen peristiwa. Kata Adnan Oskar yang lebih keren disebut Harun Yahya, kita umumnya mempunyai pola pikir yang dangkal bukan deep thingking. Salah satu cirinya adalah kesulitan kita ketika mengungkapkan sesuatu. Dengan kata lain umumnya kita sangat susah untuk menulis padahal pelajaran mengarang dulu diajarkan sejak SD.
Revolusi pola pikir sebenarnya sudah jelas dicantumkan di dalam al-Qur'an dalam Qs 96:1 ketika wahyu pertama kali diturunkan dengan sebutan IQRA BISMI. IQRA BISMI adalah ungkapan BACALAH dengan Nama Tuhanmu "Yang menciptakan". Ayat pertama yang terdiri dari 19 huruf ini sebenarnya menegaskan kepada Rasulullah yang saat itu memang ummi untuk membaca.
Kenapa Tuhan memerintahkan Rasul untuk membaca sementar Tuhan sendiri tahu persis kalau Rasul seorang yang Ummi. Perintah ini bukanlah kontradiksi namun suatu ungkapan metaforis bahwa meskipun Rasul seorang yang ummi dan secara formal tidak dididik secara khusus dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang saat itu sudah berkembang, Tuhan menekankan bahwa BACALAH itu mengandung makna yang jelas berkaitan dengan membaca Tanda-tanda Tuhan, Pesan-pesan Tuhan yang ada dimana-mana termasuk dalam diri Rasulullah sendiri sebagai makhluk yang diciptakan dari segumpal darah.
Dalam membaca Qalam Allah, maka Tuhan menyarankan Rasul untuk merenungkan, memahami, dan mengamati gejala-gejala fenomenal seperti diungkapkan dalam beberapa ayat dari PRINSIP DASARNYA bukan katanya atau merujuk pada suatu referensi tertentu. Ungkapan masakininya sebenarnya dzikir, fikir dan ikhtiar. Meskipun hasil akhirnya tampil seperti mirip-mirip, namun sejatinya itu menunjukkan bahwa sumber pengetahuan Rasul adalah Allah, Tuhan Yang Esa melalui mediator-mediator Wahyu-Nya seperti Jibril, Rasulin Kariim, dll. Ketika Tatanan Pengetahuan Tuhan Terungkap sebagai Isra Miraj, maka Rasulullah telah mengetahui dengan Cahaya Allah yang murni yang hanya dimungkinkan karena beliau menyucikan jiwanya untuk memahami Asma, Sifat dan Perbuatan Tuhan.
Jadi, dalam belajar membaca Umat Islam diwajibkan untuk Membaca Langsung Qalam Allah atau Pesan-pesan Tuhan bukan TAKLID BUTA. Dan harus kritis benar tentang berbagai hal bukan FOLLOWER. Harus mampu berargumentasi tanpa meninggalkan kemukminannya dan harus bisa memahami pendapat orang lain karena kebenaran boleh jadi muncul dari lawan bicara kita tanpa disadarinya. Ambil yang benar dan baik dan buang yang buruk itu merupakan kaidah Rasululah belajar dari sekelilingnya.
Revolusi pola pikir pada akhirnya kembali kepada diri kita sendiri untuk menggali kembali al-Qur'an dan as-Sunnah dengan jiwa yang murni dan tidak diliputi hawa nafsu karena banyak ilmu pengetahuan dari Al Qur'an yang diabaikan Umat Islam namun sebenarnya telah diadopsi oleh kalangan barat yang diam-diam membedah Al Qur'an meskipun sebagian besar dari mereka mungkin tidak beriman kepada Tuhan.
Karena itu untuk berpikir dengan benar, kembalilah menggali Warisan Sang Nabi, al-Qur'an dan As-Sunnah dengan melihat ruang-waktu atau zaman dimana kita hidup karena penafsir al-Qur'an yang benar adalah anak-anak zamannya. Anak-anak yang sadar dirinya, ruang-waktunya dan sejarahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar